BPSILHK Palembang Ikuti Workshop CBNE-DM di Thailand

BPSILHK Palembang.__Untuk persiapan pelaksanaan kegiatan kerja sama AFoCO/035/2023 project, Asian Forest Cooperation (AFoCO) mengundang para mitra kerja sama untuk mengikuti Regional Workshop on Community Based NTFPs Enterprise Development and Management (CBNE-DM) pada tanggal 16-19 Januari 2023 di Hotel Novotel Siam, Bangkok, Thailand. Tujuan dilaksanakannya workshop ini adalah untuk menguatkan kapasitas Country Project Manager dan Staff Project dalam menyediakan dokumen perencanaan yang sesuai dengan kegiatan masing-masing negara untuk mencapai tujuan dan outcomes kegiatan.

Kepala BPSILHK Palembang, Bayu Subekti dan Analis Data, Fitri Agustina hadir mengikuti workshop ini. Selain dihadiri BPSILHK Palembang, ikut hadir juga 10 (sepuluh) perwakilan dari negara lainnya, yaitu Kazashtan, Lao PDR, Myanmar, Cambodia, Philipina, Thailand, Vietnam, Timor Leste, Bhutan dan Mongolia.

NTFP-EP Asia menjadi narasumber dalam workshop CBNE-DM ini, yaitu Maria Cristina S. Guerrero atau Crissy, MA. Imelda G. Urata atau Maia, Tanya Conlu serta Hanna Mila Hasianna.

Pembukaan workshop dipandu oleh NTFP Regional Project Manager AFoCO, Dr. Junghwan Park (Senin, 16/01/2023) dan dibuka secara resmi oleh perwakilan dari Royal Forest Department of Thailand.

Di hari pertama dibahas mengenai CBNE Framework, Definitions, Elements, and Process, Assessment Chosen NTFPs against the CLAPS Process, dan Basic CBNE Development: Entrepreneurship 101, Marketing and Production.

Di materiCBNE Framework, Definitions, Elements, and Process, peserta belajar mengenai berbagai hal yang terkait dengan produksi dan pemasaran HHBK oleh kelompok masyarakat. Produksi dan pemasaran HHBK dapat menjadi masalah sehingga perlu kehati-hatian karena berkenaan dengan pemanenan dan pengelolaan HHBK yang keberlanjutan. Pengusahaan HHBK merupakan suatu bisnis yang di dalamnya melibatkan masalah keuangan dan interaksi dengan pihak eksternal, karena itu memilih produk dan mengembangkan strategi yang tepat penting untuk memastikan kesuksesan dan kestabilitasan. Selain itu, bekerja dengan kelompok masyarakat hutan juga berarti secara sadar menghormati setiap latar dan kondisi budaya dan sosial petani. Di training ini, peserta diperkenalkan pada konsep Sustainable Community Enterprise Development Framework.

Materi kedua adalah CLAPS. Community Livelihood Assessment and Product Scanning (CLAPS) merupakan pendekatan yang dikembangkan oleh NTFP-EP, yang secara komprehensif dan sistematis menilai aset HHBK masyarakat dan peluang untuk memilih produk dan layanan dengan potensi pengembangan usaha yang tinggi.

CLAPS merupakan langkah penting dalam pemetaan potensi dan pilihan HHBK sebagai komoditas yang akan menjadi pilihan dalam bisnis kelompok. CLAPS dimulai dari penilaian situasi mata pencaharian, pemindaian produk potensial hingga evaluasi sumber daya, penilaian kesiapan masyarakat, dan penentuan prioritas. Selama sesi ini, peserta dibantu dalam menilai produk HHBK pilihan mereka untuk menentukan nilai kesenjangan dan tantangan dalam memilih produk akhir potensial dari kategori produk HHBK yang berpotensi tinggi.

Materi terakhir yang disampaikan di hari pertama ini adalah Basic Community NTFP Enterprise Development. Dalam sesi ini, peserta diberikan tes kualitas kewirausahaan. Tes diberikan untuk mengenali dan menganalisa potensi atau kualitas sebagai entrepreneur di masing-masing individu. Dari tes ini bisa dikenali sifat-sifat seorang entrepreneur yang baik yaitu orang yang mempunyai visi, belajar dari kesalahan, action-oriented, berani mengambil resiko, fokus pada pemecahan masalah dan bukan pada hambatan, influencer, serta rela berkorban. 

Tes ini diharapkan akan digunakan oleh peserta di tingkat komunitas dalam membimbing pola pikir CBNE selama kegiatan nanti berlangsung. Selain itu, di sesi ini juga dibahas empat aspek manajemen bisnis lainnya yaitu pemasaran, produksi, manajemen organisasi (HRD), dan keuangan yang dibahas dengan sesi interaktif untuk memastikan pemahaman dan penerapan oleh peserta.

Di hari kedua, materi yang dibahas adalah Basic CBNE Development: Organizational Management and Finance. Dalam sesi ini peserta diajak untuk berinteraksi sambil mencoba menerapkan materi yang diberikan. Di sesi sore, diisi dengan Country Report Presentation, dimana setiap perwakilan negara menyampaikan rencana kerja dari proyek yang akan diimplementasikan di negara masing-masing.

Pada kesempatan ini, Country Project Manager, Kepala BPSILHK Palembang, Bayu Subekti, menjelaskan mengapa memilih resin jernang (dragon blood) sebagai komoditasnya, antara lain karena tiga alasan utama, yaitu keberadaan rotan penghasil jernang di hutan alam sudah terancam keberadaannya akibat pola pemanenan yang tidak berkelanjutan, harga resin jernang yang tidak stabil di pasar karena tidak adanya standar produk serta potensi resin jernang dalam mendukung industri nasional yaitu industri obat dan industri kosmetik.

Proyek ini akan diimplementasikan di Hutan Desa yang terletak di Desa Tanjung Agung, Kecamatan Semende Darat Ulu, Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan dengan kelembagaan dari Kelompok Tani Hutan, Jernang Lestari yang telah disahkan oleh Dinas Kehutanan Provinsi Sumsel. Kegiatan besar yang akan dilaksanakan di proyek ini adalah pembangunan mekanisme pemanenan yang berkelanjutan (Sustainable Resource Management) melalui standardisasi. Standar yang akan dibangun dan dikembangkan dalam kegiatan ini adalah:

  1. standar pengelolaan tegakan rotan penghasil jernang di hutan alam,
  2. standar teknik pemanenan buah rotan penghasil jernang yang ramah lingkungan; serta
  3. standar pengolahan pasca panen buah jernang.

Menilai presentasi yang disampaikan oleh Country Project Manager Indonesia Sekretariat AFoCO menyatakan bahwa Indonesia menjadi salah satu dari 4 negara (tiga negara lainnya adalah Vietnam, Myanmar dan Kazakhtan) yang diprioritaskan untuk dilaksanakan pada tahun 2023 karena dianggap sudah matang dalam persiapannya.  Dr. Junghwan Park selaku NTFP Regional Project Manager juga menyatakan ketertarikannya terhadap proyek ini dan berharap bisa mengajak NIFOS (National Institute of Forest Science) ikut bergabung untuk mendukung pelaksanaan proyek ini. Disamping itu, kegiatan proyek yang mengedepankan penyusunan dan penerapan standar dinilai sangat baik dalam mendukung implementasi proyek dan terdapat kesesuaian antara aktivitas proyek dengan tugas dan fungsi dari implementing agency (BPSILHK Palembang). Sekretariat AFoCO berharap penandatangan MoU bisa secepatnya dilaksanakan.

Di hari ketiga workshop, peserta diajak mengunjungi Komunitas Ban Samakkhi Tham bertempat tinggal di Desa No.5, Kecamatan Lum Sum, Distrik Sai Yok, yang merupakan bagian dari Taman Nasional Pa Wang Yai dan Mae Nam Noi di Provinsi Kanchanaburi. Desa ini memiliki 157 KK dengan jumlah penduduk 359 jiwa yang terdiri dari 184 laki-laki dan 175 perempuan. Pekerjaan utama adalah petani. Singkong, jagung, dan tebu adalah tanaman yang paling umum. Selain itu, kerajinan lantai bambu dan pengumpulan hasil hutan bukan kayu merupakan penghasilan tambahan. Pendapatan rata-rata rumah tangga tahunan adalah sekitar US $2.200 (75.635 baht).

Kawasan hutan rakyat ini didirikan pada tahun 1987 untuk konservasi sumber daya hutan dan pemanfaatan secara lestari seluas 150 Ha. Hutan rakyat ini berada di ketinggian dari 300 hingga 517m. Jenis bambu yang paling banyak ditemukan di hutan rakyat adalah Dendrocalamus membranaceus, Bambusa bambos, dan Thyrsostachys siamensis. Selain itu, terdapat spesies pohon penting di Thailand lainnya termasuk Xylia xylocarpa, Pterocarpus macrocarpus, Afzelia xylocarpa. Pada tahun 2006, Royal Forest Department Thailand (RFD) menetapkan ‘proyek hutan masyarakat’ yang mewajibkan kolaborasi antara pemerintah maupun sektor swasta dengan masyarakat sekitar kawasan untuk mengkonservasi hutan dan berpartisipasi dalam meningkatkan manfaat ekonomi, sosial, dan lingkungan untuk meningkatkan kualitas kehidupan pedesaan dan menciptakan pendapatan tambahan.

Di tahun 2014, masyarakat membangun pengusahaan berbasis masyarakat (CBE), Ban Samakkhi Tham, yang memanfaatkan bambu secara berkelanjutan untuk menghasilkan produk kerajinan tangan tradisional (lantai bambu) dan mendapatkan tambahan pendapatan.

Namun, dalam proses pemanenan dan pemanfaatannya ini, tidak memanfaatkan seluruh tanaman, sehingga sebagian bambu tidak terpakai dan terbuang percuma. Sampah yang dibakar mencemari kualitas dan membahayakan kesehatan warga. Untuk mengatasi hal ini, desa memanfaatkan sisa tersebut menjadi produk papan partikel bambu yang bernilai tambah, seperti meja, kursi, keranjang, bingkai foto, dan barang lainnya.

Berkurangnya ‘limbah’ bambu mendukung pemanfaatan bambu secara berkelanjutan dan memungkinkan warga memperoleh lebih banyak pendapatan. 10% dari keuntungan CBE disumbangkan untuk dana konservasi dan digunakan untuk mendukung kegiatan di hutan rakyat yang berdampak positif pada pengelolaan hutan rakyat yang berkelanjutan

RFD, Kantor Pengembangan Ekonomi Berbasis Keanekaragaman Hayati (BEDO), dan Raks Thai Foundation mendukung komunitas ini dengan menyediakan bahan, peralatan, pembiayaan, dan pengetahuan.

Introduction and Applying the Business Model Canvas menjadi materi yang disampaikan di hari terakhir. Business Model Canvas adalah template manajemen strategis yang digunakan untuk mengembangkan model bisnis baru dan mendokumentasikan model bisnis yang sudah ada. Skema ini menawarkan bagan visual dengan elemen yang menggambarkan proposisi nilai, infrastruktur, pelanggan, dan keuangan perusahaan atau produk, membantu bisnis untuk menyelaraskan aktivitas mereka dengan menggambarkan potensi pertukaran. Dalam sesi ini, para pelatih memberikan contoh-contoh untuk memperdalam pemahaman peserta untuk menggunakan alat ini bagi CBNE yang akan peserta dampingi di masa mendatang.

Setelah pemberian materi ini kemudian  dilanjutkan dengan sesi interaktif pemahaman materi CBNE Process: From Business Planning to Launch. Sesi terakhir workshop diisi dengan wrap up dari panitia dan penutupan.(fagustina).

Share Article:

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

PIMPINAN

KEPALA BALAI MENYAPA

Rumah baru di organisasi KLHK ini akan menjadi tempat dibangun dan dikembangkannya sinergi kolaborasi berbagai organisasisehingga dapat mewujudkan tata kelola LHK yang lebih kuat guna menjamin keberlanjutan sumber daya alam, ekonomi dan keberlanjutan sosial.

Recent Posts

  • All Post
  • Fokus Kita
  • Majalah
  • Peraturan Pemerintah
  • Seputar LHK
  • Standarnesia
  • Uncategorized
  • Undang-undang

Majalah Intens

Majalah Intens menyajikan beragam informasi mengenai implementasi standar lingkungan hidup dan kehutanan, mulai dari perumusan, pengembangan serta penerapan standar dan penilaian kesesuaian standar instrumen.

Jam Operasional

Senin 07:30 - 16:00 WIB
Selasa 07:30 - 16:00 WIB
Rabu 07:30 - 16:00 WIB
Kamis 07:30 - 16:00 WIB
Jumat 07:30 - 16:30 WIB
Sabtu Tutup
Minggu Tutup

Maps

Edit Template

About Me

 

Balai Penerapan Standar Instrumen Lingkungan Hidup dan Kehutanan Palembang

© 2023 Created with BPSILHK PALEMBANG